SMP IT Amal Insani Jepara

Home » tausiyah » Kebangkitan Nasional adalah milik kita (ISLAM)

Kebangkitan Nasional adalah milik kita (ISLAM)

Selamat Datang Di Blog SMP IT Amal Insani

Sekolah menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Amal Insani Jepara Bapangan RT 02 RW 01 Kec.Jepara Kab. Jepara Email : smpitamalinsani@gmail.com

Recent Comments

Bahasa Angsa «… on Bahasa Angsa

RSS http://www.kompas.com/getrss/sains

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Islamedia – Bung Karno pernah dengan lantang mengemukakan sebuah pendapat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya sendiri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya. Pada 20 Mei di Indonesia dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini dirujuk dari hari pendirian sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Entah apa yang menjadi landasan sehingga hari pendirian organisasi ini menjadi salah satu pengisi hari besar nasional Indonesia dan diperingati setiap tahunnya. Padahal kalau kita telaah lebih lanjut, pada masa keemasannya di 1909 Budi Utomo hanya mampu berkembang di Pulau Jawa dengan anggota berkisar 10 ribu orang saja, dan keanggotaannya hanya terbatas pada kaum priyayi tanpa mampu menyentuh strata sosial yang lebih bawah.

Sebagai masyarakat muslim di Indonesia, seharusnya kita mampu membaca lebih jauh sejarah para muslim pendahulu di Indonesia sebagai pemicu kebangkitan, bukan hanya kebangkitan nasional tetapi juga kebangkitan Islam di Indonesia. Karena banyak fakta sejarah yang telah menulis bahwa kebangkitan nasional hadir atas peran besar umat Islam.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, tercatat sebuah organisasi besar berasas Islam yang berdiri tiga tahun sebelum Budi Utomo, yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI). SDI didirikan oleh H Samanhudi di Surakarta pada 1905. Tujuan utama pendirian SDI adalah untuk menghimpun pedagang-pedagang muslim di Indonesia agar mampu bersaing dengan pedagang besar dari Tionghoa. Lambat laun, SDI berkembang menjadi organisasi yang lebih terstruktur dengan asas Islam dan ekonomi kerakyatan sebagai dasar pergerakannya. Dibandingkan dengan Budi Utomo, selama 16 tahun organisasi ini mempunyai 181 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan beranggotakan kurang lebih 2 juta orang yang mencakup seluruh lapisan masyarakat. Karena mempertimbangkan kemajuan SDI yang begitu pesat dan tuntutan untuk mampu menjawab segala permasalahan kehidupan di Indonesia yang lebih kompleks, kemudian pada 1912 SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) dengan bidang gerak yang lebih luas, bukan hanya bidang ekonomi tetapi juga politik sehingga SI pada 191
9 menjadi gerakan massa yang sangat berpengaruh terhadap kejayaan dan kebangkitan bangsa Indonesia.

Lebih awal lagi dari SDI, pada 1901 berdiri Jamiat Kheir yang bergerak dalam bidang pendidikan sebagai bentuk perlawanan pada pemerintahan Belanda pada waktu itu. Jamiat Kheir kemudian tercatat sebagai organisasi pendidikan modern pertama di Indonesia yang mampu mencetak tokoh-tokoh pendiri organisasi Islam di Indonesia, seperti HOS Tjokroaminoto (Pendiri SI), Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), dan juga tokoh-tokoh yang kelak memprakarsai berdirinya organisasi-organisasi besar Islam lainnya, termasuk pendirian Yayasan Islam Al Irsyad pada 1914 oleh Syaikh Surkati. Bukan saja pendirian sarana-sarana pendidikan, organisasi-organisasi tersebut bahkan telah mampu memprogram pertukaran pelajar dan guru dengan pusat studi Islam mancanegara, mendirikan rumah sakit, panti asuhan, dan fasilitas sosial lainnya.

Begitulah Islam meninggalkan jejak-jejak sejarah dalam setiap momentum kebangkitan bangsa Indonesia, bukan semata hanya aspek spiritual saja tetapi Islam juga membangkitkan seluruh aspek kehidupan, pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya.

Sebagai generasi penerus yang tengah merindukan semangat kebangkitan, hendaknya –dan memang sudah seharusnya– kita mempelajari sejarah para pendahulu sebagai upaya untuk kembali merestorasi semangat kebangkitan nasional di masa sekarang ataupun di masa-masa yang akan datang.

Abu Ayyash
Ketua Umum Forum Lingkar Pena Cabang Bangkalan Madura.


Leave a comment